Bulan September ini saya berangkat ke Bangka Belitung tepatnya di Hotel Sol Marina Kabupaten Bangka Tengah. Di sini saya mempresentasi makalah karya mahasiswa yang saya bimbing yaitu Atyadisti Anantisa dengan judul community-based waste management: a note from Srikandi Waste Bank. Di Bangka kali ini, saya mengikuti konferensi Internasional hasil kerjasama antara Undip dengan Universitas Bangka Belitung (UBB). Kerjasama yang apik oleh kedua universitas ini mengundang pembicara utama Mentri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi serta berbagai pembicara internasional lainnya. Lebih dari 200 pemakalah datang dari berbagai perguruan tinggi dan lembaga riset di Indonesia.
Makalah yang kami paparkan merupakan bagian dari tugas akhir seperti yang sudah saya singgung di awal. Penelitian kecil yang dilaksanakan di Kecamatan Tembalang terhadap komunitas bank sampah Srikandi. Peran positifnya yang bukan hanya memikirkan profit tetapi juga menjadi salah satu pemberi solusi terhadap permasalahan lingkungan dan juga ekonomi warga. Mereka menggerakkan masyarakat, membuat social movement, mengajari mereka hingga mencoba membuat kapitalisasi produk.
Sepertinya ini menjadi tren baru saat ini. Bukan hanya karena bank sampahnya, tetapi bentuk usaha social enterprise seperti ini cukup menggerakkan para pemuda/i Indonesia bergerak mencari jalan keluar untuk menyelesaikan masalah. Produk-produk hasil karya warga berupa tas, cindera mata dan produk kreatif lainnya telah mengubah masyarakat dari yang tidak memperdulikan sampah menjadi peduli sampah.
Masyarakat menjadi berdaya dan mandiri mengelola sampah. Mereka tidak lagi membuang sampah tetapi memilih dan mengolahnya. Ada paradigma baru dari sampah sebagai sampah yang tidak memiliki nilai rupiah menjadi produk kreatif bernilai rupiah. Belum besar profit yang dihasilkan, namun jika saja ini menjadi program kota tentu akan menjadi kapitalisasi raksasa.