Proses review cepat: jangan seneng dulu!

Menjadi kebahagiaan tersendiri bagi penulis, disaat mendapatkan jurnal yang memberikan review cepat. Merasa tidak di PHP – alias pemberi harapan palsu. Iya.. memang sering sekali disaat kita submit artikel di jurnal tertentu, harus menunggu waktu yang cukup lama, tidak di balas sama sekali, hingga terkadang data yang digunakan sudah masuk waktu expired date. Meskipun tidak ada batas waktu kapan expired date suatu data riset itu terjadi, tetapi dari obrol-obrolan sesama dosen dan bertanya kepada mereka yang jauh lebih senior, biasanya batas waktu 2 tahun dianggap batas waktu sebuah riset dan data di dalamnya masih dianggap up to date untuk dipublikasikan. Nah, tetapi tidak jarang proses submit – review – revisi – re-submit ke suatu jurnal bisa memakan waktu hingga lebih dari 2 tahun. Jenuh, di PHP suatu jurnal nasional terakreditasi. Tidak perlu saya sebutkan nama jurnalnya, setidaknya saya sudah 2 kali berurusan dengan lamanya prosea review jurnal tersebut. Memang tidak bisa disangkal dengan hasil reviewnya, memang bagus, detail dan terkadang kita sebagai penulis mendapatkan pencerahan atau justru ilmu baru. Kenapa bisa demikian? Ya..karena temuan riset kita yang ditulis di artikel itu justru mendapat komentar dan masukan sebaliknya, berbeda banget dan jauh dari apa yang sudah kita tulis. Ini yang saya maksud, benar-benar ada dialog/ diskusi antara penulis dengan editor bahkan reviewer, meskipun kita tidak mengenal satu sama lain. Blind review, kurang lebih begitu role play-nya.

367545421_30d9463649_o
Sumber: https://www.flickr.com/photos/davidsilver/367545421 dengan lisensi Attribution-NonCommercial-ShareAlike 2.0 Generic (CC BY-NC-SA 2.0)

Karena prosesnya yang lama banget (meski hasil reviewnya bagus), jadi terkadang bikin males juga. Harus menunggu lama. Cek email tiap hari, sambil berharap bakal ada email balasan dari editor, dan…dan..dan..nihil, tidak ada hingga berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Tepatnya 2 tahun! Artikel di submit, ditunggu kurang lebih 7 bulan baru mendapatkan balasan lengkap dengan hasil review. Alhamdulillah major revision, banyak banget salahnya dan harus dielaborasi kedalam perbaikan artikel. Direvisi sesuai permintaan editor dan reviewer, disubmit lagi ke editor dan tidak dibalas. Setiap ditanyakan bagaimana status artikelnya? Tidak di balas, ditanya lagi tidak dibalas lagi hingga 2 tahun. Nah…sampai capek rasanya. Tepat di tahun ke-2 terbitan artikel di jurnal itu publish online, harap-harap cemas apakah artikel saya ikut dalam list terbitan terbaru itu? Dan ternyata tidak ada lagi. Entah kapan akan diterbitkan. Kirim email lagi menanyakan status artikel, tidak dibalas lagi. Dan akhirnya saya putuskan untuk withdraw alias ditarik untuk tidak dipublikasikan. Email permohonan withdraw itupun tidak dibalas. Entah kenapa!

Singkat cerita artikel yang sudah ditarik itu saya submit ke jurnal lain yang juga nasional terakreditasi (terakreditasi B waktu itu), sistem akreditasinya berbeda dengan saat ini yaitu sinta 6 hingga sinta 1. Saya submit ke jurnal baru dengan melampirkan hasil review dan juga email pemberitahuan penarikan artikel. Tidak menunggu lama, mungkin hanya 1 bulan, sudah diberitahu bahwa artikel saya sudah diterbitkan dan dapat diakses online. Wah..seneng sekali.

Dari cerita itu, akhirnya saya mulai berfikir untuk tidak submit artikel lagi di jurnal lama, yang lama proses review dan terus memberikan PHP. Mending di jurnal yang ‘baru’, prosesnya cepet dan tidak PHP. Sedikitnya sudah ada 3 artikel yang terbit di jurnal nasional terakreditasi (baru) ini. Prosesnya cepet!

Mulai berfikir ulang

Siapa yang tidak ingin artikelnya cepat terbit? – Saya rasa hampir semua dosen menginginkan artikelnya cepat direspon, sedikit revisi dan segera terbit. Manusiawi menurut saya, sangat normal. Tetapi coba ditelisik lebih dalam lagi mengenai kualitas reviewnya. Meskipun memiliki standar akreditasi yang sama, nyatanya memiliki kualitas review yang jauh berbeda. Di jurnal yang memberi PHP dan hingga 2 tahun tidak menerbitkan artikel saya itu, memang kualitas reviewnya sangat bagus. Saya mengatakan sangat bagus karena memang detail bukan hanya titik, koma, tanda baca dan kesalahan penulisan saja yang dikoreksi tetapi memang hingga kedalaman analisis, debat literatur dan bahkan debat antara penulis dengan editor & reviewer jurnal secara daring.

Sedangkan untuk jurnal baru yang mungkin tidak lebih dari 6 bulan sudah memberikan kepastian untuk menerbitkan artikel memiliki bobot review yang biasa saja. Sangat rendah bahkan, contohnya adalah mengomentari format ketikan yang tidak rapi, merekomendasikan untuk mengutip artikel dari jurnal yang dia kelola dan meminta untuk memperpendek judul artikel. Tidak ada masukan untuk substansi artikel sama sekali. Tidak ada! Benar-benar hanya formating artikel saja.

Bagi pengelola jurnal seperti saya, memang ada standar administratif yang kita pahami dan kita gunakan. Contohnya adalah harus ada gap analisis di bagian pendahuluan dan adanya discussion dan feedback di bagian akhir pembahasan terhadap literatur yang kita acu. Administratif sedikit ke substansial seperti itu cukup mudah kita penuhi. Namum terkadang yang perlu diperhatikan adalah apakah yang kita kutip sudah benar? Apakah ada kebaruan lain dari diskusi literatur terbaru? Terkadang ini masih luput dari jangkauan saya sebagai peneliti pemula. Sehingga peran reviewer dan editor untuk ikut serta mengkritisi substansi artikel sangat dinantikan.

Dari pengalaman ini, mulai berfikir bahwa jangan hanya mengandalkan review cepat tapi kualitas biasa saja. Atau mulai beranjak ke level yang lebih tinggi yaitu di international journal bereputasi. Ya.. meskipun belum juga berhasil di level Int’ journal ini. Terakhir bulan lalu, artikel saya submit di jurnal internasional kelompoinya MDPI, selang 4 jam sudah dibalas oleh assistant editor dan di-reject. Hehe..belum beruntung.

Kembali ke topik, jangan senang dulu dengan proses review cepat jikalau hasil reviewnya masih rendah. Lihat saja di website PAK Ristekdikti yang sering mengungkap temuan-temuan akademik dari plagiasi hingga temuan proses review yang dianggap kurang kredibel. Lengkap dibahas di situ.

Greenshot 2019-05-05 22.22.32
Salah satu temuan PAK Dikti (sumber: http://pak.ristekdikti.go.id/)

*mulai introspeksi diri.