Dalam studi PhD, rasa bosan & jenuh adalah musuh terbesar. Benar-benar parasit yang menempel di hati dan pikiran. Tidak jarang PhD student yang terbuai dan ‘menikmati’ rasa bapernya ini. Beberapa alumni proyektor mungkin memilih kembali ke meja konsultan memburu pundi-pundi rupiah. Dia mendapatkan obat dari uang proyek hasil pekerjaannya. Rasa bahagia dia dapatkan kemudian berniat kembali untuk ke aquarium semula, laporan penelitian PhD. Ada juga yang memasang foto pembimbingnya di wallpaper hp agar dia bisa selalu menatap dan mengingat akan target-target yang diberikan supervisor. Teman yang lain memilih mendengarkan musik penenang semacam yoga dan musik-musik alam lengkap dengan kodok ngoreknya. Beberapa teman yang suka traveling memilih dolan antar negara di Eropa, naik bus malam dari Belanda menuju Prancis kemudian duduk di cafe dekat Eiffel terus pulang kembali ke Belanda. Berbagai macam cara untuk mengusir parasit diri bernama jenuh dan bosan itu.
Apapun cara yang dilakukan tapi tujuannya sama yaitu ingin kembali fokus ke pekerjaan yang sudah ditugaskan. Tidak menutup adalah saya sendiri. Kejenuhan akan pekerjaan tidak bisa diprediksi kapan datang dan kapan pergi. Terkadang bisa terjadi disaat kita ngobrol santai kemudian tiba-tiba rasa malas itu datang dan nempel menjadi parasit. Kalau itu masih dalam batas capai pikiran karena tidak mendapatkan solusi, bersepeda sejenak keliling kota mungkin bisa menjadi alternatif. Tetapi terkadang itu tidaklah cukup. Benar-benar membutuhkan doping dan stimulus lebih kuat agar benar-benar mendapatkan tendangan salto. Kembali bersemangat dan berdebat lagi atas berbagai teori yang sok benar itu.
Lima cara membangkitkan semangat riset
Pertama. Cara terbaik bagi saya adalah membuat janji bimbingan ke supervisor. Dikala tidak tau apa yang harus dikerjakan maka ambil handphone atau buka laptop kemudian tulis email membuat appointment bimbingan. Bikin argumentasi sedikit mengenai progress riset dan sampaikan saja siap maju bimbingan. Saya rasa ini sangat efektif bagi saya sejak sekolah S2 dulu. Dikala pembimbing mendapatkan email permintaan appointment itu sebenarnya kita dalam posisi hopeless, bahkan tidak ada sebiji idepun nyantol di kepala.
Manfaatkan saja the power of kepepet, tidak tau energi darimana datang kemudian mau tidak mau membuka laptop dan menulis dikala sudah kepepet. Jadi manfaatkan saja kebiasaan bergadang saat menjadi mahasiswa malam di planologi dulu. Lembur 1 malam hanya scroll up dan scroll down mouse. Jam 03.00 baru mendapatkan ide untuk melakukan apa, tulis sejenak kemudian tinggal tidur. Setelah bangun baru bisa kerja atas ide yang didapatkan semalam. Bagi saya cara ini bekerja dengan sangat baik.
Kedua. Jangan hanya membaca artikel tetapi rangkum di buku tulis. Memang otak itu mudah sekali jenuh dikala kita mengandalkan mata untuk membaca. Namun dikala menulis tangan, jauh lebih rilek. Kelemahannya adalah membutuhkan waktu lebih lama, ada proses membaca – melafalkan – kemudian menulis kembali di buku tulis. Tetapi, itulah cara kuno yang benar-benar bekerja di diri saya. Ringkas saja setiap artikel yang menurut saya menarik.
Ketiga. Mencari inspirasi dari lingkungan sekitar. Terkadang inspirasi menulis datang bukan dari tulisan tetapi dari hal lain di sekitar kita. Banyak kreativitas-kreativitas yang ada di sekeliling kita bisa dimanfaatkan. Seperti adegan film hollywood yang sering menampilkan cuplikan aksi gila di awal film. Terkadang itu menginspirasi menyampaikan gagasan temuan riset justru di awal pembahasan. Finding riset yang biasanya ada di pembahasan justru di taruh di awal kalimat pendahuluan. Apakah benar? – tentu salah, tetapi pembimbing menjadi lebih awal mengetahui temuan risetnya. Jika dia tertarik maka literature pendukung bisa diset-up untuk support finding ini.
Itu hanyalah contoh mengenai bagaimana menstrukturkan dan mengekspresikan ide. Ada istilah learn from mistakes, bikin saja kesalahan-kesalahan struktur penulisan itu hingga kita tau gaya mana yang cocok untuk kita. Setidaknya itu adalah ide-ide dari bidang lain yang diakomodasi dalam riset.
Keempat, buat pekerjaan paralel. Jenuh di gawean satu pindah ke yang kedua. Begitupula sebaliknya. Jenuh dengan review artikel, tinggalkan saja, mulai buka RStatistics kemudian youtuban cari cara-cara aneh untuk mengolah dan memvisualisasikan data. Saat ini mungkin tidak berguna tapi suatu saat siapa tahu berbeda. Kompilasi saja setiap syntax-syntax aneh yang membantu memperingan pekerjaan riset. Dari hanya olah data sederhana hingga crawling data atau data mining. Semuanya mengasikkan dikala rasa jenuh baca artikel melanda.
Bisa juga hanya copas-copas syntax orang lain kemudian dioprek di komputer kita. Error, berhasil, komputer nge-hang dan sebagainya. Itu adalah bagian dari trouble shooting yang harus dikompromikan. Melarikan diri sejenak dari rutinitas menjemukan itu penting.
Kelima. Hindari forum-forum pamer. Mobilku baru buatan Papuanugini, aku belinya kemarin di Srilanka. Kalau ada orang-orang seperti ini, berikan dia antimo kemudian tinggal saja jauh-jauh. Termasuk orang-orang yang memamerkan kesedihannya. Mengeluh atas apapun dalam hidupnya. Biasanya akan nyinyir dikala kita memberikan informasi mengenai progress riset. Jangan menambah banyak parasit dalam hati dan otak, tinggalkan sesegera mungkin dengan senyuman.