Pernahkah kamu membaca artikel dan tidak ingin meninggalkannya? Meskipun tidak paham 100% isi dan maksud penulisnya, terkadang sebuah tulisan bisa menghipnotis pembaca agar setia dan tidak meninggalkannya. Tidak membosankan, kalimat disusun pendek dan kata-kata yang digunakan cukup mudah dimengerti. Bukan kata asing, apalagi mencampurnya. Di tulisan-tulisan berbahasa asing, model-model tulisan seperti itu juga sering ditemukan. Banyak contohnya, terutama mereka yang memang sudah melintang begitu lama di dunia riset dan melaporkannya dengan begitu indah.
Kalau di Indonesia, bagi saya Prof. Eko Budihardjo dan Prof. Otto Soemarwoto adalah maestronya tulisan ilmiah rada popular. Kalau di kancah global sangat banyak. Contohnya saja Pickett yang menjelaskan konsep resilience city dari teori ekosistem. Ada saja cara dia menyampaikan ide dengan begitu ringkas dan lugas. Ingin menjiplak gayanya, tapi kok ya belum mampu. Gaya to the point-nya dengan menyampaikan pesan atas idenya di awal kalimat. ‘Artikel ini akan menggabungkan 2 konsep teoritis antara A dan B untuk menjelaskan C’. Kurang lebih begitu caranya membuka paragraf tepat di kalimat pertama paragraf pertama artikelnya. Canggih!
Belum mampu di level itu, masih belajar mengayuh pedal sepeda agar bisa melajukannya lebih kencang dan kalau bisa lepas stang. Kebebasan menulis, kebebasan jemari memencet keyboard mengikuti alur ide yang ada di otak. Dan itu tidaklah mudah, terutama bagi saya yang masih pemula.
Jarak 1.000 km tidak akan kita capai tanpa satu langkah. Dan tidak mudah dikala memulai, apapun itu. Meskipun hati ikut merasakan bahagia. Tetep banyak pertimbangan, menimang-nimang, memperbaiki langkah dan ternyata langkah itu tetap berada di titik semula. Wajar, demikian orang-orang di sekeliling berkata.
Awal menulis, tidak bisa dihindari riset banjir justru kebanjiran kata sambung. Therefore, moreover, however, hence dan keluarganya selalu nongol di setiap paragraf. Rasanya ini tahap awal beberapa bulan lalu (baca di sini). Sekarang sudah mulai berbeda persoalan yang dihadapi.
Grammar bahasa jawa tapi kata yang digunakan berbahsa Inggris. Grammarly tetap mengenali, tetap bisa mengoreksi dan memperbaiki tetapi rasanya kok lucu melebihi lucunya comic di stand up comedy. Kenapa struktur ‘S-P-O-K dan alasan’ menjamur dari kalimat pembuka hingga penutup. Grammarnya benar tapi tidak mengalir.
Rasanya benar apa yang disampaikan oleh Eric Hayot dalam bukunya The Elements of Academic Style bahwa menulis itu adalah bagian dari belajar untuk mematangkan ide dan apa yang dipikirkan. Dan itu adalah tahapannya. Bismillah😊.