Setelah hampir 2 bulan lockdown dengan konsekuensi tidak ngampus sama sekali, akhirnya hari ini duduk di meja kerja. Meja idaman lengkap dengan dual monitor merk lumayan oke fasilitas dari kampus. Bagi yang suka coding, ini sangat membantu sekali. Monitor 1 untuk coding yang lain sekedar mencari contoh-contohnya di google. Custom dan running, setelahnya error. Karena sudah 2 bulan tidak ngampus, akhirnya seakan-akan kita menjadi new visitor. Saling menyapa, bertanya kabar dan basa-basi ala mereka. How are you Sarif? Alles goed? Dan deretan pertanyaan template lainnya. Setelah hiruk pikuk saling bertanya kabar itu, kami terdiam untuk melanjutkan gawean. Tetapi tidak untuk teman dari Belanda, dia bertanya lagi.
Sarif, question for you. What is your name Sarif? Hah… dalam hatiku kok bisa pertanyaan itu dilontarkan, bukankah ada kata Sarif di akhir kalimat pertanyaannya? Mendengar pertanyaan itu, 5 teman PhD lain menghentikan pekerjaan dan ikut memperhatikan. Persis sama dengan film-film barat dikala ada seseorang masuk ke ruang kerja dan menjadi pusat perhatian. Seluruh mata seakan-akan memiliki sinar laser menuju ke mata saya, semuanya. Dan saya harus menyadari, itu bukanlah pertanyaan pribadi tetapi pertanyaan seluruh warga ruangan ini. Aku jawab saja: Sarif is my name, you already know that. Dan kemudian dijawab oleh teman yang lain. Yes, We know that, I mean what is your family name. Your last name! We all have surnames, which is why we put them as last names. How about you?
Singkat cerita, kami saling membandingkan budaya dari masing-masing kami berasal. Teman dari China menjelaskan nama belakangnya yang kalau dirunut berkaitan dengan salah satu dinasti. Teman dari Belanda juga menjelaskan kalau nama itu adalah berasal dari kelompok suku Frisian yang berasal dari utara Belanda. Dan semuanya, mereka saling bercerita itu. Giliran saya: ya itu cuma nama bro, kata saja kayak notasi biner di komputer 1 untuk laki-laki dan 0 untuk perempuan. Itu saja, tidak ada hubungannya dengan arti apalagi sejarah. Ngeles ala-ala orang kuantitatif yang sedang belajar data science.
Dan akhirnya ada salah satu teman yang bercerita bahwa biasanya kalau ada sebuah keluarga mengadopsi anak, biasanya mereka memberikan nama keluarga mereka ke anak itu. Nah…sepertinya ini sumber penasaran mereka. Apakah Sarif adalah seorang anak pungut? Yang diambil dari panti asuhan? Atau mungkin dulu sempat tersesat di hutan dan ditemukan oleh pemburu? Wah rasanya benar, harus mencari jati diri kayak Jason Bourne dalam serial film-nya